Irak yang dilanda perang hingga kini tetap terpecah menjadi wilayah bekas kekuatan pendudukan Amerika Serikat dan tetangganya Iran
Pengaruh Iran yang juga musuh bebuyutan Washington dinilai meningkat pesat sejak invasi pimpinan AS yang menggulingkan Saddam Hussein pada tahun 2003.
Baca Juga: Lanjutkan Perjuangan di Tahun 2021, AHY Siap Bantu Rakyat Melawan Ketidakadilan
Perdana Menteri Irak Mustafa al-Kadhemi, yang menjabat pada Mei, baru-baru ini mengalami ancaman dari kelompok paramiliter pro-Iran terkait serangan roket.
Sumber-sumber keamanan mengatakan ketegangan berkobar setelah penangkapan seorang pria yang merencanakan serangan lain ke kedutaan AS, yaitu pejuang Asaib Ahl al-Haq (AAH), faksi dari jaringan paramiliter Hashed al-Shaabi.
Baca Juga: Sempat Bikin Status WhatsApp, Empat Hari Hilang Yongki Ditemukan di Lembah Bukit, Begini Kondisinya
Pejuang AAH yang marah menyebar di jalan-jalan Baghdad dan mengancam akan secara pribadi menargetkan Kadhemi kecuali saudara seperjuangan mereka dilepaskan, kata sebuah sumber.
Pasukan pro-Iran menuduh Kadhemi, yang juga kepala mata-mata Irak, terlibat dalam pembunuhan Soleimani, yang merupakan kepala operasi eksternal Pengawal Revolusi Iran, dan wakil pemimpin Hashed Abu Mahdi al-Muhandis.
Baca Juga: Fahri Famzah Tiba-tiba Berkicau Ungkit Soal Jebakan: Ini Semua Menuju ke Mana?
Kataeb Hezbollah, faksi garis keras Hashed lainnya, telah menambah tekanan setelah seorang juru bicaranya mendesak Kadhemi untuk tidak menguji kesabaran mereka.